Masyarakat Peduli Bumi Ageung Batutulis Pakuan Bogor Menolak Pembangunan Yang Tidak Sesuai Jati Diri Sunda

Masyarakat Peduli Bumi Ageung Batutulis Pakuan Bogor Menolak Pembangunan Yang Tidak Sesuai Jati Diri Sunda

Smallest Font
Largest Font

Kota Bogor - Masyarakat Peduli Bumi Ageung Batutulis Pakwan Bogor, menolak tegas pembangunan yang bukan jati diri sunda, karena itu tidak sesuai dengan undang-undang nomer 5 tahun 2017 tentang kemajuan kebudayaan yang baru di sahkan menjadi Peraturan Daerah (Perda) oleh DPRD Kota Bogor, dimana hal tersebut menitikberatkan jati wilayah sebagai identitas masyarakat setempat.

Kebetulan pembangunan ini jauh dari pada literasi dan kultur budaya daerah Bogor yang identik dengan bangsa Sunda dan identik dengan nilai nilai sejarah pajajaran.

"Design itu tidak sesuai sama sekali dengan marwah kesundaan, apalagi dengan literasi dengan kerajaan itu sangat jauh. Bahkan dari arkeolog pun menolak secara halus bahwa pembangunan itu lebih kepada kerajaan yang berada di wilayah wetan," ungkap Ketua Pergerakan Masyarakat Peduli Bumi Ageung Saputra Sungkawa, Selasa (27 Juni 2023).

Menurut Putra sapaan akrabnya menjelaskan, bahkan untuk gapuranya saja tim arkeolog masih bingung gapura Padjadjaran itu seperti apa. Apalagi ini dibuat  pembangunan design nya ala kerjaan wetan. Sudah jelas itu jauh daripada nilai nilai leluhur kita yang ada di tanah pasundan khusus nya di Bogor.

Penolakan ini, termasuk candi bentar, candi bentar itu merujuk kepada bangunan bangunan nilai sejarah candi yang berada di Cirebon. Ini Bogor, ini kerajaan, kalo mau merujuk ke arah kesejarahan tentu saja Cirebon itu lebih muda ketimbang Padjadjaran," jelas Putra.

Kemudian di sampaikan, bahwa Bumi Ageung itu bukan museum, tetapi menjadi tempat yang sakral dan karena disini lah tepat prasasti Batutulis, maka ini katagori nya masuk kedalam kabuyutan.

Selaku masyarakat Bogor menolak design tersebut dan meminta kepada pemerintah Bogor agar melakukan design ulang. Dan itu sudah disampaikan dalam pertemuan pada tanggal 21 Juni 2023 berdasarkan undangan dari dinas pariwisata dan kebudayaan.

Dalam pertemuan tersebut, membahas arsitektur Bumi Ageung. Tapi ternyata ketika kita hadir itu akan di jadikan Museum. Dan itu sudah jauh dari pada korelasi undangan.

"Bumi Ageung itu adalah sebuah kebuyutan kasundaan yang harus menjadi sarana kemajuan kebudayaan masyarakat khususnya di Bogor," ucap Putra.

Hal senada di sampaikan Humas Masyarakat Peduli Bumi Ageung Pakuan Bogor Lutfi Sihudi mengatakan, adanya polemik pembangunan Bumi Ageung Batutulis ini karena tidak sesuai dengan jadi diri Sunda. Kita bukan menolak pembangunan nya tetapi kita menolak design nya. Design yang kami lihat tidak mencirikan jati dari masyarakat Sunda.

Belum lama ini kita sudah bersurat kepada Walikota Bogor, DPRD Kota Bogor dan Forkopimda tentang penolakan Bumi Ageung Batutulis ini. Dari masyarakat peduli Batutulis sedang menunggu jawaban dari DPRD Kota Bogor dan Walikota Bogor yakni Bima Arya.

"Tim masyarakat peduli Batutulis tegas sekali sangat menolak pembangunan Batutulis yang tidak sesuai dengan marwah nya," tegas Lutfi.

Jadi kalo saya lihat pak Bima Arya sedang memberikan semboyan Rumawa Pusaka Kota, itu bentuknya disini Bumi Ageung Batutulis. Tapi saya lihat aspirasi dari budayawan kita semua itu janganlah hanya sebuah nama saja. Jadi harus benar benar mencerminkan inspirasi proses elaborasi, kolaborasi yang berkelanjutan Masyarakat Sunda.

Apalagi kita punya arsitektur lokal yang mengerti sejarah Sunda di kota Bogor. Kenapa mereka tidak melihat itu ? Jadi saya melihat ada bentuk ketidakpedulian dari pemerintah kota dan DPRD kota Bogor terhadap budayawan lokal.

"Maka dari itu, Masyarakat Peduli Bumi Ageung Batutulis menolak agar design itu mengacu dan mengikuti filosofi kesundaan, menghargai arsitektur budaya lokal. Jadi semua titik titik design termasuk gapura minimal punya filosofi yang datang dari masyarakat kota Bogor bukan Kota lain," pungkasnya.

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Oduu Author